Tren dan angan-angan anak muda zaman now, bisa berpenampilan good looking, glowing, tampan. Bahkan, bukan tampan lagi, melainkan menjadi mempesona, baby face.
Perawatan hingga oplas untuk membuat wajahnya semakin mempesona, bahkan cantik melebihi perempuan. Ditambah gemulainya yang semakin membuatnya semakin lembut.
Para salaf sangat menjauhi anak-anak muda yang tampan, belum tumbuh cambang atau janggutnya, atau istilah Arabnya ‘Amrad’. Bukan karena memiliki kelainan seksual, melainkan karena memang anak-anak muda itu memiliki wajah yang rupawan menyerupai wanita, yang dapat memancing syahwat laki-laki yang terfitnah dengannya.
Yang memprihatinkan pula, pemuda sampai usia tiga puluhan, ada diantara mereka yang masih suka perawatan wajah, mencukur habis cambang dan janggutnya, bahkan oplas demi mendapatkan wajah yang baby face, allaahul musta’an..
Ibnul Jauzi rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya Talbis Iblis, hal 268:
وَبِإِسْنَادٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ المُبَارَكِ يَقُوْلُ دَخَلَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ الحَمَّامَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ غُلَامٌ صَبِيْحٌ فَقَالَ أَخْرِجُوْهُ اَخْرِجُوْهُ فَإِنِّيْ أَرَى مَعَ كُلِّ اِمْرَأَةٍ شَيْطَانًا وَمَعَ كُلِّ غُلَامٍ عَشَرَةُ شَيَاطِيْنَ.
Dari Abdullah bin al-Mubarak (W 181 H) dengan sanad yang hasan, beliau berkata bahwa Sufyan ats-Tsauri (W 161 H) rahimahumallah pernah masuk ke pemandian umum, lalu ada seorang anak muda yang berwajah cerah masuk, maka Sufyan berkata, “Usirlah dia, usirlah dia! Sesungguhnya aku melihat pada seorang wanita, hanya bersama satu setan, sedangkan pada anak muda ini (yang belum tumbuh cambang atau janggutnya), ada puluhan setan bersamanya!”
Takutnya mereka para ahli ilmu terdahulu dengan fitnah cowok model begini. Bahkan disebutkan bahwa diantara mereka ada yang dibuat sakit oleh beratnya asmara, jatuh hati pada cowok good looking. Bukan karena kelainan, karena memang wajah anak-anak muda itu yang baby face cantik bersinar kayak wanita.
Dari Abu Hamzah Muhammad bin Ibrahim ash-Shufi (W 269 H) berkata, “Abdullah bin Musa adalah salah satu tokoh dan pembesar sufi, dia melihat kepada anak muda yang tampan di sebuah pasar, hingga dia mencintainya. sampai dia kehilangan akalnya karena kecintaan dan kegandrungannya kepada anak muda tersebut, dia berdiri di jalan anak muda itu hingga bisa melihatnya datang dan pergi, hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, akibatnya dia kurus dan jatuh sakit, tidak kuasa berjalan walaupun hanya satu langkah, maka aku menjenguknya, dan aku berkata kepadanya, Wahai Abu Muhammad, ada apa denganmu? Mengapa kamu sampai bisa begini?’ Dia menjawab, ‘Karena perkara-perkara yang Allah mengujiku dengannya, namun aku tidak sabar memikulnya, dan aku tidak sanggup mengembannya, berapa banyak dosa yang diremehkan oleh manusia padahal ia lebih besar di sisi Allah daripada dosa besar, maka sepantasnya bila orang yang memandang kepada sesuatu yang haram didera sakit yang berkepanjangan. Kemudian dia menangis. Maka aku bertanya, ‘Mengapa kamu menangis?’ Dia menjawab, ‘Aku takut kesengsaraanku di dalam neraka akan berlangsung lama. Maka aku meninggalkannya dengan merasa iba terhadapnya karena aku melihat keadaannya yang benar-benar memprihatinkan.””
Abu Hamzah berkata, “Muhammad bin Abdullah bin al-Asy’ats ad Dimasyqi -dia termasuk hamba Allah yang terbaik- melihat kepada seorang anak yang tampan, dia pingsan dan dibawa ke rumahnya. akhirnya dia sakit hingga kedua kakinya lumpuh, dan dia tak kuasa berdiri di atasnya dalam waktu yang lama. Kami pun menjenguknya, dan kami bertanya kepadanya tentang keadaan dan perkaranya, tetapi dia enggan menceritakan perkaranya dan penyebab sakitnya, sementara orang-orang membicarakan apa yang menimpanya, hingga hal itu sampai kepada anak muda tersebut, maka dia datang menjenguknya. Begitu anak muda ini tiba, wajahnya langsung berbinar, dia bergerak, tertawa di depannya dan berbahagia bisa melihatnya, selanjutnya anak muda terus menerus menjenguknya hingga dia bisa berdiri di atas kedua kakinya dan sembuh seperti sedia kala. Suatu hari anak muda ini mengajaknya berjalan-jalan ke rumahnya, namun dia menolak, maka aku bertanya kepadanya, Mengapa engkau tidak memenuhi ajakannya? Dia menjawab, “Aku bukan orang yang terjaga dari dosa, aku tidak terjamin dari fitnah, aku takut setan berhasil menjerumuskanku ke dalam fitnah, hingga terjadi sesuatu antara diriku dengan dirinya yang akibatnya aku termasuk orang-orang yang merugi.
(Talbis Iblis, hal 263-264)
والله تعالى أعلم وهو ولينا ومولانا.. اللهم إنا نعوذ بك من شر الفتن ما ظهر منها وما بطن، نسألك اللهم الثبات على الأمر والعزيمة على الرشد.. آمين يا ربنا..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *