Baru dengar nggak sih, ada yang namanya minat baca dan daya baca?!
“Saya agak khawatir bahwa sesungguhnya di Indonesia itu, bukan kita tidak punya minat baca, minat bacanya mungkin ada, tapi daya bacanya yang rendah. Dan kita harus bedakan antara minat baca dengan daya baca” – Anies Baswedan
Jadi, ada perbedaan antara minat baca dengan daya baca. Minat pada umumnya berkaitan dengan kesenangan, rasa penasaran, dan tidak berorientasi pada hasil atau bacaan yang panjang, sedangkan daya berkaitan dengan kualitas, daya tahan, dan hasil. Orang yang minat bacanya tinggi namun daya bacanya rendah pada umumnya tidak banyak pengetahuan dan wawasan yang didapat dari aktivitas membacanya, pada umumnya hanya menghabiskan waktu semata.
Daya Baca Rendah
Sebuah ilustrasi dari Beliau :
Ada sebuah buku yang sangat bagus dan bermanfaat karya Thomas Piketty berjudul “Capital in the Twenty-First Century“, yang isinya 800 halaman.
Umumnya orang Indonesia tidak mau dan malas membacanya padahal isinya sangat bagus dan bermanfaat. Beralasan, bahasanya Bahasa Inggris.. !! Saya tidak pandai membaca bahasa Inggris. Mahal..!! Nggak punya uang beli buku itu, harganya mahal. Padahal, realitanya, untuk beli kuota, top up, dan jajannya, dia rela habis banyak dan nggak pakai ngeluh atau perhitungan.
Kalau bukunya berbahasa Inggris, Okelah.. Bagaimana kalau buku tersebut diterjemahkan ke bahasa Indonesia, sehingga mereka bisa membacanya.. Begitupula dengan harga mahal.. Bagaimana kalau pemerintah buatkan program subsidi untuk pembelian buku tersebut. Asumsikan, harganya disubsidi habis-habisan sehingga dari harga 800 ribu rupiah, jadi cuma 30 ribu rupiah saja.
Apakah masyarakat Indonesia bakal banyak yang membelinya..? Hemm, Beliau pun ragu.
Jadi apa sebabnya..?! Bukan persoalan bahasa dan harganya, tapi persoalan daya baca masyarakat Indonesia yang rendah..!!
Minat Baca Tinggi
Lantas bagaimana dengan minat baca masyarakat kita..?
Menurut Anies, Alhamdulillah, minat baca masyarakat kita ternyata sangat tinggi, ya, minat baca status dan shared medsos seperti WA, IG, dan Facebook. Sebelum tidur buka, bangung tidur buka lagi, mau mandi buka, di tempat kerja buka, pulang kerja buka, waktu makan juga buka. Menunjukkan minat baca yang sangat tinggi bukan..?!
Minat baca dan kepo medsos sangat tinggi namun minat baca buku sangatlah rendah, bahkan semakin menurun akibat perkembangan berbagai media sosial, seperti WA, Twitter, dan Facebook. Demikian fakta dari Ikatan Penerbit Indonesia.
Tapi itu, info di medsos pun, begitu agak panjang, Di skipnya..!!. Kemampuan dan daya tahan baca masyarakat kita untuk membaca sangatlah rendah. Tidak sanggup membaca lama untuk suatu bacaan. Hanya sekedar mengobati rasa penasaran.
Oleh karenanya, Kalau ada novel-novel bagus, panjang, dan laku keras, maka itu sangat luar biasa dan kita harus berterima kasih kepada penulisnya. Karena sudah merangsang daya baca masyarakat.
Anies memberikan permisalan, contoh buku tebal dulu yang dapat merangsang daya baca anak adalah buku mengenai Harry Potter. Kata Beliau : “Saya dulu sangat senang ketika buku Harry Potter berkembang begitu pesat, sepertinya kalau dari isinya plus minus lah kalau soal selera. Tapi saya senang ada anak-anak mau membaca buku 700 halaman, 800 halaman di usia SD. Maka percaya diri dia atas buku tebal meningkat. Kalau tidak, lihat 100 lembar pun dia sudah mundur. Kita harus mendorong daya baca anak meningkat”.
“Saya agak khawatir bahwa sesungguhnya di Indonesia itu, bukan kita tidak punya minat baca, minat bacanya mungkin ada, tapi daya bacanya yang rendah. Dan kita harus bedakan antara minat baca dengan daya baca” – Anies Baswedan