Bahasa Arab dan Al Qur’an merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, dimana bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab. Hal ini telah Allah tegaskan di dalam firman-Nya yang berbunyi:

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا

”Dan demikianlah Kami wahyukan (Al-Qur’an) kepadamu dalam bahasa Arab”. (QS. Asy-Syura‟: 7). Maka untuk bisa menguasai isi Al Qur’an, seseorang harus mengetahui bahasa Arab dengan baik.

Dengan mempelajari Al-Qur’an inilah seorang muslim bisa mengetahui tentang hukum-hukum mengenai sholat, zakat, do’a, dan amalan-amalan ibadah lainnya yang bisa menjadi media untuk berkomunikasi dengan Rabb-Nya. Dalam kenyataannya, selain sebagai alat komunikasi dengan sesama manusia, bahasa Arab juga merupakan alat komunikasi antara manusia dengan Allah Ta’ala yang terwujud dalam bentuk sholat, do’a, dan dzikir. Kemudian dengan adanya perkembangan zaman, munculah bahasa Arab sebagai bahasa yang diakui oleh dunia Internasional. Bahkan bahasa Arab dijadikan bahasa resmi oleh sebagian negara-negara di dunia khususnya yang berada di kawasan Timur Tengah. Selain itu negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Indonesia pun secara tidak langsung turut menyebarluaskan bahasa Arab. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan Islam baik formal maunpun non formal di Indonesia yang mengajarkan bahasa Arab.

Sebagian orang menganggap bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sulit dipelajari. Sebenarnya hal ini tidaklah terjadi apabila seorang yang ingin belajar bahasa Arab itu memiliki semangat yang tinggi. Karena semangat yang tinggi sangatlah diperlukan ketika akan mempelajari bahasa Arab. Perlu diketahui juga bahawa seorang yang mempelajari bahasa Arab dengan niat yang benar akan mendapatkan beberapa keuntungan diantaranya: Seorang yang mempelajari bahasa Arab insya Allah akan mendapatkan pahala dari Allah karena dia telah mempelajari bahasa Al Qur‟an.

Imam Syafi‟i berkata: “Manusia tidak menjadi bodoh dan selalu berselisih paham kecuali lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles” (Siyaru A‟lamin Nubala : 10/74).

Berikut kami sarikan beberapa keutamaan dan pentingnya bahasa Arab:

Keutamaan bahasa Arab amatlah jelas karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur‟an Al-Karim. Keistimewaan bahasa Arab disebutkan dalam Al-Qur‟an lebih dari sepuluh tempat, di antaranya pada ayat:

وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (27) قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (28)

Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (QS. Az- Zumar: 27-28).

Bahasa Arab merupakan syi‟ar Islam dan kaum muslimin. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

اللِّسَانُ العَرَبِيُّ شِعَارُ الإسْلَامِ وَأَهْلِهِ

“Bahasa Arab adalah syi’ar Islam dan syi’ar kaum muslimin.” (Iqtidha ash-Shirat al-Mustaqim).

Dengan modal bahasa Arab akan mudah pula dalam memahami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghafalkan, menjelaskan serta mengamalkannya. Bahasa Arab adalah bahasa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bahasa verbal para sahabat. Hadits-hadits Nabi dinukilkan dari masa ke masa hingga sampai kepada kita dengan bahasa aslinya yaitu bahasa Arab.

Periwayat hadits Nabi tidak diterima kecuali mereka yang benar-benar fasih di dalam berbahasa bahasa Arab.

Demikian juga kitab-kitab ulumul fikih, Al-Qur‟an, aqidah, tafsir, hadits, dan cabang-cabang ilmu agama yang lainnya, tertulis dengan bahasa ini. Oleh karena itu,

penguasaan bahasa Arab menjadi pintu gerbang dalam memahami ilmu agama ini.

Orang yang paham bahasa Arab, terutama paham kaedah-kaedah dalam ilmu nahwu akan semakin mudah memahami Islam daripada yang tidak mempelajarinya sama sekali. Apalagi jika tugas seseorang sebagai penyampai dakwah, menjadi seorang da‟i, kyai atau ustadz, tentu lebih urgent lagi mempelajarinya agar mudah memberikan pemahaman agama yang benar pada orang banyak dan tidak terjebak dengan taqlid dan kesalahan dari penerjemah apabila dia mengambil ilmu sebatas hanya dari kitab-kitab terjemahan.

Orang yang paham bahasa Arab akan mudah menggali ilmu dari ulama secara langsung atau membaca berbagai karya ulama yang sudah banyak tersebar hingga saat ini. Sedangkan yang tidak paham bahasa Arab hanya bisa mengandalkan kitab terjemahan dan itu sifatnya terbatas.

Bahasa Arab itu bahasa yang lembut dan lebih mengenakkan hati, serta menentramkan jiwa. Indahnya kosa kata Arab. Orang yang mencermati ungkapan dan kalimat dalam bahasa Arab, ia akan merasakan sebuah ungkapan yang indah dan gamblang, tersusun dengan kata-kata yang ringkas dan padat.

Bahasa Arab bahasa yang paling fasih, jelas, dan luas cakupannya. Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat Yusuf ayat yang kedua mengatakan,

لانَّ لغةَ العربِ أَفْصَحُ اللغاتِ وأبْيَنُها وأوسعُها وأكثرُها تأْدِيّةً للمعانِي التي تقُوْمُ بالنُفُوْسِ

“Karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas (kosakatanya), dan paling banyak mengandung makna yang menentramkan jiwa.”

Bahasa yang mudah dipelajari dan dipahami. Oleh karena itu Allah nyatakan tentang bahasa Arab,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (2)

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2).

Susunan kata bahasa Arab tidak banyak. Kebanyakan terdiri atas susunan tiga huruf saja. Ini akan mempermudah pemahaman dan memperindah dalam pengucapannya.

Bahasa Arab adalah bahasa yang paling mulia. Ibnu Katsir rahimahullah juga menyatakan, “Karena Al-Qur‟an adalah kitab yang paling mulia, diturunkan dengan bahasa yang paling mulia, diajarkan pada Rasul yang paling mulia, disampaikan oleh malaikat yang paling mulia, diturunkan di tempat yang paling mulia di muka bumi, diturunkan pula di bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan. sehingga Al-Qur an menjadi sempurna dari segala sisi.” (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir surat Yusuf). Dari berbagai sisi itu, kita bisa menilai bagaimanakah mulianya kitab suci Al-Qur‟an.”

Bahasa Arab adalah bahasa yang lurus, jelas dan tidak ada keraguan didalamnya. Allah menyatakan,

قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (28)

 “(Ialah) Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 28)

Bahasa Arab adalah bahasa komunikasi Rabbul ‘alamin dan Malaikat. Dalam ayat disebutkan,

وَإِنَّهُ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ العلَمِيْنَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)

 “Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu`ara: 192-195).

Sebagaimana disebutkan dalam Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi, Al-Qur‟an diturunkan dengan bahasa Arab yaitu bahasanya orang Quraisy yang setiap orang mudah memahaminya.

Bahasa Arab adalah bahasa yang dari sumber hukum yang utama, sebagaimana dalam ayat disebutkan,

وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ حُكْمًا عَرَبِيًّا وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا وَاقٍ (37)

Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai hukum (yang benar) dalam bahasa Arab.” (QS. Ar-Ra`du: 37).

Disebutkan dalam Tafsir Al-Jalalain, bahasa Arab digunakan sebagai hukum di tengah-tengah manusia. Dalam Zaad Al-Masiir disebutkan bahwa bahasa Arab bisa digunakan untuk menerangkan hukum-hukum yang wajib.

Memahami bahasa Arab adalah bagian dari agama. Umar bin Khaththab radliyallaahu ‘anhu berkata:

تَعَلَّمُوْا العَرَبِيَّةَ فَإِنَّهَا مِنْ دِيْنِكُمْ…

“Pelajarilah bahasa arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian…”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-sunnah), serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Allah dan menegakkan syi’ar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.” (Iqtidha ash-Shirat al-Mustaqim).

Dari Hasan Al-Bashri, beliau pernah ditanya, “Apa pendapat Anda tentang suatu kaum yang belajar bahasa arab?” Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang baik, karena mereka mempelajari agama Nabi mereka.

Al-Imam Asy-Syafi’i berkata:

يَنْبَغِيْ لِكُلِّ أَحَدٍ يَقْدِرُ عَلَى تَعَلُّمِ العَرَبِيَّةِ أَنْ يَتَعَلّمَهَا؛ لِأَنَّهُ اللِّسَانُ الأَوْلَى بِأَنْ يَكُوْنَ مَرْغُوْبًا فِيْهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُحَرِّمَ عَلَى أَحَدٍ أَنْ يَنْطِقَ بِأَعْجَمِيَّةٍ

Sepantasnya bagi setiap individu yang memiliki kemampuan untuk mempelajari Bahasa Arab agar mempelajarinya. Sebab, mempelajarinya merupakan lisan yang utama untuk diganderungi, tanpa mengharamkan orang lain untuk berbicara dengan bahasa lain selain Bahasa Arab (Iqtidha ash-Shirat al-Mustaqim).

Mempelajari bahasa Arab adalah sebuah kewajiban. Di dalam kesempatan lain Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Bahasa arab itu termasuk bagian dari agama, sedangkan mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Tidaklah seseorang bisa memahami keduanya kecuali dengan bahasa arab. Dan tidaklah kewajiban itu sempurna kecuali dengannya (mempalajari bahasa arab), maka ia (mempelajari bahasa arab) menjadi wajib.

Mempelajari bahasa arab, diantaranya ada yang fardhu ‘ain, dan adakalanya fardhu kifayah. Dorongan untuk belajar bahasa arab bukan hanya khusus bagi orang-orang di luar negara Arab. Bahkan para salafush sholeh sangat mendorong manusia (bahkan untuk orang Arab itu sendiri) untuk mempelajari bahasa Arab. Umar radliyallaahu ‘anhu juga mengingatkan para sahabatnya yang bergaul bersama orang asing untuk tidak melalaikan bahasa arab. Ia menulis surat kepada Abu Musa al-Asy‟ari, “Adapun setelah itu, pelajarilah Sunnah dan pelajarilah bahasa arab, i‟rablah al-Qur‟an karena dia (al-Qur‟an) dari Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah yang artinya : “Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”

Bahasa Arab adalah bahasa yang paling memperhatikan ketelitian. Kesalahannya di dalamnya kaidah-kaidahnya merupakan kesalahan yang fatal dan memalukan. Umar bin Khaththab pernah mengomentari cara memanah beberapa orang dengan berucap: “Alangkah buruk bidikan panah kalian”. Mereka menjawab,”

قومٌ متعلمِيْنَ نَحْنُ

“kami adalah para pemula”. Seharusnya :

نَحْنُ قومٌ متعلمُوْنَ

Maka Umar berkata, ”Kesalahan berbahasa kalian lebih fatal menurutku daripada buruknya didikan kalian… “ (Al Malahin, karya Ibnu Duraid Al Azdi).

Perhatian Salaf Terhadap Bahasa Arab sungguh besar.

Umar bin Khaththab radliyallaahu ‘anhu pernah menulis surat kepada Abu Musa yang berisi pesan: “Amma ba‟du, pahamilah sunnah dan pelajarilah bahasa Arab”. Pada kesempatan lain, beliau mengatakan: “Semoga Allah merahmati orang yang meluruskan lisannya (dengan belajar bahasa Arab)”. Maka dari itu Daerah-daerah kekuasaan Islam pada zaman kekhalifahan mereka menggunakan bahasa Arab, sepertihalnya Maghrib dan Andalusia.

Mempelajari dan menguasai bahasa Arab dapat menguatkan akal pikiran dan kehormatan. Umar radliyallaahu ‘anhu pernah berkata: “Pelajarilah bahasa Arab, sebab ia mampu menguatkan akal dan menambah kehormatan” (Tarikh Umar bin Khaththab, karya Ibnul Jauzi).

Imam Syafi‟i pernah berkata: “Aku tinggal di pedesaan selama dua puluh tahun. Aku pelajari syair-syair dan bahasa mereka. Aku menghafal Al Qur‟an. Tidak pernah ada satu kata yang terlewatkan olehku, kecuali aku memahami maknanya”.

Kemampuan bahasa Arab dapat mempengaruhi mental dan akhlak, dan karena dia adalah bahasa Al-Qur’an dan bahasa manusia yang paling mulia, Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang menyelami bahasa Arab, akan membuktikan bahwa bahasa ini merupakan sarana untuk membentuk moral luhur dan memangkas perangai kotor. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Ketahuilah, perhatian terhadap bahasa Arab akan berpengaruh sekali terhadap daya intelektualitas, moral, agama (seseorang) dengan pengaruh yang sangat kuat lagi nyata. Demikian juga akan mempunyai efek positif untuk berusaha meneladani generasi awal umat ini dari kalangan sahabat, tabi‟in dan meniru mereka, akan meningkatkan daya kecerdasan, agama dan etika” (Iqtidha Shiratil Mustaqim).

Ilmu terpenting yang dibutuhkan untuk menguasai bahasa Arab selain menguasai kosakata, adalah Ilmu Nahwu-Shorof. Tahukah engkau apa itu Ilmu Nahwu-Shorof? Ilmu Nahwu-Shorof adalah ilmu yang mayoritas para pelajar tidak mengetahuinya kecuali sedikit, sampai-sampai engkau akan menjumpai ada seseorang yang lulus dari bangku kuliah dalam keadaan tidak mengetahui ilmu tersebut sedikitpun. Seorang penyair pun bersenandung:

لَا بَارَكَ اللهُ فِيْ النَّحْوِ وَلَا لِأَهْلِهِ..       إِذَا كَانَ مَنْسُوْبًا إِلَى نَفْطَوَيْه 

أَحْرَقَ اللهُ بِنِصْفِ اسْمِهِ..        وَجَعَلَ البَاقِي صَرَاخًا عَلَيْهِ

Semoga Allah tidak memberkahi ilmu nahwu dan para ahlinya..

Jika ia memang disandarkan kepada (seorang yang bernama) Nafthowaih..

Allah telah membakarnya dengan setengah dari namanya..

Dan setengah namanya lagi digunakan untuk meneriakinya..

Maksud dari penyair tersebut bahwa Nafthowaih adalah nama yang tersusun dari dua kata: Nafthu yang berarti batang korek api/minyak tanah sedangkan waih adalah kata yang digunakan untuk membangkitkan seseorang dan menghasungnya. Dia adalah Ibrahim bin Muhammad bi ‘Arafah bin Sulaiman Al-‘Ataky, seorang imam yang hafidh dan banyak karya tulisnya, (244-323 H) (Lih Siyar ‘Alamin Nubala’ 15/75-76). Namun dia adalah seorang yang lemah dalam ilmu Nahwu-Shorof.

Asy-syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam Kitab Al-Ilmi berkata tentang ilmu ini: “Ketahuilah, bahwasannya Nahwu (Ilmu Nahwu-Shorof) itu pintunya dari besi, lorong-lorongnya sempit, yakni ilmu nahwu itu rumit dan susah ketika awal kali memasukinya (mempelajarinya), tetapi apabila pintu tersebut telah terbuka, maka akan didapatkan kemudahan bagi para pencarinya, sampai-sampai kita saksiakan begitu banyak penuntut ilmu yang tertambat hatinya dengan ilmu ini.

Demikianlah muqoddimah ini kami susun. Dengan harapan dapat menjadi motivasi tersendiri bagi kami dan para pembaca sekalian. Niat merupakan asas diterimanya amal, namun niat yang ikhlas saja tanpa kerja keras, kesungguhan, dan tekad yang kuat maka kita tidak akan pernah dapat menggapai kemenangan dan keberhasilan, apalagi kalau kemenangan yang diharapkan itu adalah kemenangan akhirat. Sungguh, akhirat itu jauh lebih baik dan lebih kekal, sehingga untuk meraihnya tentu membutuhkan pengorbanan yang jauh lebih besar. Kalau mereka saja, kebanyakan manusia bersemangat dan berlomba-lomba, berkorban harta, waktu, dan tenaga yang cukup untuk dapat menguasai berbagai bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Prancis, dll, yang tidak lain tujuannya adalah dunia, dan kita juga telah menghabiskan begitu banyak usia kita untuk menuntut ilmu, semenjak SD hingga sebagian kita sampai ke jenjang S2 dan S3, maka mengapa kita tidak mau meluangkan sedikit waktu, tenaga, dan materi kita untuk menuntut ilmu yang mulia ini. Semoga Allah senantiasa memberkahi kita dan keluarga kita dimanapun berada, menjadikan amal-ibadah kita diterima disisinya, menjadikan kita orang-orang yang bersyukur ketika diberi karunia, bersabar ketika diuji, dan beristighfar segera bertaubat ketika kita berbuat dosa. Kebahagiaan itulah yang kita inginkan dalam hidup ini. Dan kebahagiaan sejati itu adalah ketika kita diberi hidayah untuk tekun, sabar, dan istiqomah dalam mempelajari agama Allah yang mulia ini. Al-Imam Asy-Syafi’i berkata dalam Diwannya:

اِصْبِرْ عَلَى مُـرِ الجَفَـا مِنْ مُعَلَّم..              فَإِنَّ رُسُوْبَ العِلْمِ فِيْ نَفَرَاتِهِ..

وَمَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَــةً..                   تَجَرَّعَ ذُلَ الجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ..

وَمَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيْمُ وَقْتَ شَبَابِــهِ..                  فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعًا لِوَفَاتِــهِ..

وَذَاتَ الفَتَىوَاللهِ-بِالعِلْمْ وَالتُّقَى..           إِذَا لَمْ يَكُوْناَ لَا اِعْتِبَارَ لِذَاتِهِ..

Sabarlah engkau akan pahitnya seorang guru..

Karena gagalnya menuntut ilmu dengan berpaling darinya..

Siapa yang tidak pernah merasakan pahitnya belajar..

la akan bodoh sepanjang hidupnya..

Siapa yang ketinggalan belajar pada waktu mudanya..

Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya..

Seorang pemuda akan berarti dengan ilmu dan taqwa.. tanpa keduanya, maka pemuda tidaklah berarti..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *