Betapa mahalnya hidayah dari Allah, begitupula betapa indahnya melihat seseorang yang teguh dalam kebenaran dan kebaikan setelah mendapat hidayah dari-Nya.
Hidayah hanyalah milik Allah, diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Engkau bisa melihat, berapa banyak orang yang telah diingatkan kepada kebaikan namun dia tidak juga berubah, dan engkau juga bisa melihat, berapa banyak orang yang tanpa disangka-sangka justru mendapat hidayah dan istiqomah diatasnya bi idznillah, tak kenal usia, harta, status sosial, jabatan, profesi, dll.
إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. Al-Qashash [28]: 56).
Namun, setan dan para pengikutnya tentu pastinya takkan pernah ridha melihat orang-orang yang istiqomah di atas hidayah. Bak, kebakaran jenggot, mereka pasti akan meradang, mencaci, memfitnah, yang tujuannya tidak lain untuk menggoyahkan keimanan dan memalingkan manusia dari hidayah. Mereka tidak akan pernah tenang hidupnya apalagi kalau sampai ada manusia lain yang ikut mendapat hidayah.
Allah Ta’ala menyebutkan kisah Para Penyihir Fir’aun ketika hidayah menyapa mereka,
قَالَ ءَامَنتُمۡ لَهُۥ قَبۡلَ أَنۡ ءَاذَنَ لَكُمۡۖ إِنَّهُۥ لَكَبِيرُكُمُ ٱلَّذِي عَلَّمَكُمُ ٱلسِّحۡرَۖ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيۡدِيَكُمۡ وَأَرۡجُلَكُم مِّنۡ خِلَٰفٖ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمۡ فِي جُذُوعِ ٱلنَّخۡلِ وَلَتَعۡلَمُنَّ أَيُّنَآ أَشَدُّ عَذَابٗا وَأَبۡقَىٰ
Dia (Fir’aun) berkata, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sungguh, akan kupotong tangan dan kakimu secara bersilang, dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma. Dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya.”
قَالُواْ لَن نُّؤۡثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَآءَنَا مِنَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ وَٱلَّذِي فَطَرَنَاۖ فَٱقۡضِ مَآ أَنتَ قَاضٍۖ إِنَّمَا تَقۡضِي هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَآ
Mereka (para penyihir) berkata, “Kami tidak akan memilih (tunduk) kepadamu atas bukti-bukti nyata (mukjizat) yang telah datang kepada kami dan atas (Allah) yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan. Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini.”
إِنَّآ ءَامَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغۡفِرَ لَنَا خَطَٰيَٰنَا وَمَآ أَكۡرَهۡتَنَا عَلَيۡهِ مِنَ ٱلسِّحۡرِۗ وَٱللَّهُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ
Kami benar-benar telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).” (QS. Ta-Ha [20]: 71-73)
Di zaman sekarang, Islam telah tersebar luas, Islam menjadi agama terbesar kedua di dunia, Indonesia sendiri menjadi negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Namun, jumlah penganut tidak berbanding lurus dengan pengamalan. Banyak yang beragama Islam namun kurang mengenal ajaran Islam itu sendiri, jauh dari mengamalkan anjuran dan sunnah-sunnah yang diajarkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Sebuah fenomena hijrah pun menyeruak, dakwah yang mengajarkan kembali kepada tauhid dan sunnah-sunnah Nabi sesuai dengan pemahaman yang benar sebagaimana diajarkan Nabi kepada Para Shahabat dan diriwayatkan dengan sanad setelahnya pun semakin tersebar.
Mereka yang mau membuka akal-pikiran, hati, dan mau belajar kembali membuka ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, serta atsar dari Para Ulama in syaa Allah akan dekat dengan hidayah.
Sebuah kisah teladan dari salah seorang atlit badminton terbaik negeri ini, Mohammad Ahsan (35 tahun) hafizhahullah, ketika dia mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan dalam sunnah-sunnah nabawiyyah bahkan hingga ketika dia bertanding di berbagai even internasional dan disorot oleh berbagai media internasional. Subhanallah, tak malu dan tak bergeming, namun juga tetap santun dan humble.
Diantara yang disoroti adalah : (1) Menggunakan legging untuk menutup aurat hingga di bawah lutut, (2) duduk atau menjongkok ketika minum. (3) Tidak menyalami wasit atau hakim garis perempuan dalam pertandingan. Ahsan hanya menangkupkan kedua telapak tangan sebagai pengganti bersalaman. (4) Sujud syukur setiap usai menjalani pertandingan, (5) memelihara jenggot, (6) santun walau kalah dalam pertandingan (7) Bermain dengan jujur, sportif, dan menghargai lawan. Bahkan pernah membenarkan papan skor digital yang salah walau itu menguntungkan untuknya.
“Saya hanya berusaha menerapkan ajaran agama saya, yakni agama Islam semampu yang saya bisa. Semuanya mengalir begitu saja. Jika perilaku saya di tengah lapangan kemudian menjadi viral di media sosial, saya tidak memikirkannya”.
“Semua mengalir begitu saja. Pertama yang saya lakukan adalah menutup aurat dengan legging. Kemantapan itu semakin menjadi selepas saya menunaikan umrah 2016.”
Ahsan mengatakan, dirinya mempraktekan adab-adab Islam tersebut didapatnya dari pengajian maupun dari buku-buku dan artikel di internet yang ia baca.
“Tidak ada niat macam-macam, ternyata setelah saya mencoba istiqomah mengamalkan, saya jadi lebih tenang, terlebih saat dalam pertandingan”, ucapnya.
Diantara ucapannya yang begitu menginspirasi adalah “Salah satu keajaiban Al-Quran adalah kamu tidak bisa mengubah isinya, namun isinya mampu mengubah hidupmu.”
Komentator badminton terbaik dan paling disukai di dunia saat ini, legenda pemain badminton Inggris, Gillian Margaret Clark atau Oma Gill (61 tahun) pun memuji keshalihan atlit juara dunia badminton yang telah lama menduduki peringkat 1 ganda putra terbaik di dunia yang saat ini berada diurutan ke-empat ini.
Oma Gill merasa respect kepada Ahsan yang mau dan tidak malu menerapkan ajaran agamanya walau berada di lapangan, bahkan Beliau menyebutkan bahwa BWF pun menghargai itu sehingga meletakkan kursi di tempat istirahat pemain untuk menghargai dan dipergunakan oleh atlit muslim yang tidak mau makan-minum sambil berdiri.
Demikianlah ketika hidayah Allah menyapa, ucapan dan penilaian manusia tiada pengaruhnya baginya, karena yang dicari adalah keridhaan Rabb-nya. Walaupun sedang bertanding di lapangan, sebagai atlet prefesional, masih tetap bisa dan tidak ragu mengamalkan sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam. Tidak hanya berharap sukes dunia, namun juga berharap yang utama sukses di akhirat.
Selain itu, betapa indahnya respon, respect, dan toleransi dari beberapa orang dan media asing yang secara objektif memberikan sikap dan penilaiannya mendukung para atlit yang berusaha untuk mengamalkan ajaran agamanya dengan benar. Berbeda dengan fenomena di sebagian kita, yang menghujat, melabeli, menghina, mencela, dan menyesatkan seseorang tanpa ilmu dan bukti.
والله تعالى أعلم..
اللهم إنا نعوذ بك من زوال نعمتك وتحول عافيتك وفجاءة نقمتك وجميع سخطك، اللهم أنا نسالك الهداية والصلاح وحسن العمل والختام، اللهم أدم علينا نعمة الأمن والأمان وأحفظ بلادنا وحكومتنا وشعبنا وبلاد المسلمين من كيد الكايدين ومكر الماكرين، اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى.. اللهم آمين.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *