Belajar Dari Konflik mahasiswa muslim pendatang dengan warga lokal dan penolakan Pembangunan Masjid Di Korea Selatan.

Penduduk Korea Selatan, Kota Daegu, provinsi Yeongnam, kota terbesar ke-4 di Korsel, menolak pembangunan masjid, melakukan penghinaan, menuduh, dan mengintimidasi mahasiswa asing muslim yang tinggal di Korsel, dari perkataan, tulisan-tulisan, hingga spanduk-spanduk cacian dan boikot. Demikianlah headline YT BBC News Indonesia 13 Januari 2021.

Yang anehnya, para mahasiswa tersebut sudah tinggal sejak 7-8 tahun disana dan sebelumnya baik-baik saja, tidak ada masalah. Mahasiswa tersebut juga selalu berusaha bersikap ramah dan santun kepada warga sekitar.

Hingga tiba-tiba di akhir tahun 2020 hingga sekarang, sikap mereka berubah dan menentang pembangunan masjid bahkan bersikeras mengusir mahasiswa asing muslim yang sudah lama tinggal berdampingan dan bersikap baik dengan mereka.

Banyak alasannya, dari suara ribut setiap kali ibadah pagi-malam, padahal mereka hanya sholat dan itupun dipimpin 1 imam yang tidak bersuara keras hingga mengganggu tetangga (nggak kebayang kalau yang tinggal disana kelompok Islam yang suka beribadah keras-keras dan menganggapnya sebagai amalan afdhol, walillaahil hamdu).

Bangunan yang tak berizin, padahal sudah lama diurus izinnya. Pendekatan dan sosialisasi ke warga yang kurang, padahal sebelumnya mereka biasa berinteraksi dengan baik dan ramah kepada mereka, karena tujuan mereka memang untuk berdakwah.

Bangunan yang berdempetan dengan rumah warga, padahal sebelumnya juga mereka mengontrak rumah untuk dipakai sebagai tempat ibadah. Dengan berjalannya waktu, jama’ah muslimnya semakin bertambah, hingga mereka membeli tanah disekitaran dan membangun masjid untuk menampung jama’ah yang sedikit lebih besar.

Hal ini juga semakin dipicu dengan media-media di Korsel yang ternyata juga kerap kali memberikan berita miring hoaks tentang agama Islam dan umat muslim.

Ternyata, konflik serupa juga sebelumnya pernah terjadi di Korsel,  tahun 2011, di kota lain di Korsel, kota Daejeon, provinsi Chungcheong. Namun alhamdulillah, masjid saat ini sudah berdiri tegak dan bertingkat dengan hasil dana yang dikumpulkan oleh mahasiswa muslim disana. Penduduk setempat tidak masalah dengan aktivitas muslim bahkan senang dengan sikap santun mereka, kini mereka hidup tenang dan berdampingan yang mana dulunya mereka sempat berjibaku dengan konflik yang lebih parah.

Dr. Ehsan Ullah, imam masjid Islamic Center Daejeon menuturkan bahwa orang-orang Korea sangat sopan dan senang membantu, beliau seringkali mendapat bantuan dari warga sekitar. Beliau menyebutkan juga bahwa beliau mendapat banyak bantuan dari seorang warga lokal yang menjadi temannya. Dia membuatnya mengerti tentang perbedaan budaya serta prasangka di masyarakat, sehingga dia bisa lebih bijak dalam mengatasi konflik.

Seorang warga lokal menyebutkan bahwa dia banyak mendapatkan berita negative tentang Islam dan diskriminasi perempuan, setelah bertanya, sang Imam pun menunjukkan beberapa video di Negara-negara mayoritas muslim, diantaranya Pakistan yang merupakan tempat asalnya. Wanita juga ada yang tak berjilbab, perempuan bekerja sebagai dosen, dll. Wanita lokal tersebut pun akhirnya sadar dan pendapatnya tentang Islam pun berubah.

“Karena sebagian kelompok yang melakukan hal yang buruk di dunia, dan itu membuat citra seluruh Muslim menjadi jelek, contohnya seperti ISIS dan kelompok lain. Mereka mengatasnamakan para Muslim juga agama Islam, tapi mereka bukanlah Muslim. Mereka bahkan bukan manusia. Orang Korea serta media di Korea sedikit takut kepada kami. Kemudian mereka berpikir. ‘Oh mungkin semua Muslim seperti itu’. Tapi bukan seperti itu kenyataannya”. Demikian pernyataan sang Imam menutup wawancaranya di BBC.

“Saya pikir permasalahan utamanya terletak pada kurangnya komunikasi. Cara pikir ‘Karena Anda Muslim, Anda pasti teroris’. ‘Anda semua melihat ISIS atau Taliban’, Itu sendiri adalah permasalahan. Saya pikir setiap masalah bisa diselesaikan dengan diskusi. Hanya karena satu orang melakukan kesalahan, bukan berarti seluruh komunitas lantas melakukan kesalahan yang sama. Tapi sayangnya, ada banyak orang yang terluka hanya karena kesalahan yang dilakukan satu orang atau kelompok tertentu”.  Demikian pernyataan dari seorang warga lokal Korea menutup wawancaranya dan akhir dari video.

Mungkin kita perlu belajar banyak dari konflik yang terjadi di negara populer bagi sebagian besar pemuda-pemudi Indonesia tersebut, Korea Selatan. Mencari akar masalah dari setiap konflik dakwah dan mencegah terjadinya konflik, berdakwah dengan penuh kesabaran, keikhlasan, lemah-lembut, cerdas, strategi, dan hikmah. Demikianlah dakwah yang diajarkan oleh Nabi kita – shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dan para sahabat -radhiyallaahu ‘anhum-. Jangan arrogan kepada masyarakat awam, amar ma’ruf nahi mungkar dengan strategi dan hati-hati, menjalin komunikasi, dan tentunya rajin bersedekah kepada mereka. Mengubah pola pikir beragama yang salah dari masyarakat awam yang terbawa dari nenek moyang tentunya tidaklah mudah dan instan. Perlu waktu, strategi, dan kesabaran. Hendaknya berhati-hati pula dengan konflik politik yang dimanfaatkan oleh sebagian politikus atau ormas ‘jahat’ untuk meraih suara dan keuntungan pribadi atau golongan.

Kalau di negara kita, Indonesia, yang mayoritasnya muslim, bahkan menjadi negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, penisbatan kepada dakwah salafi, wahabi, dan lain sebagainya yang dianggap teroris, radikal, eksklusif, dan intoleran, hendaknya disikapi dengan bijak dan memandang dari berbagai sisi atau sudut pandang. Kita tidak bisa langsung memaksakan sudut pandang kita kepada mereka namun kita bisa lebih bijak dalam menyikapi mereka. Dimana, tidak bisa dipungkiri memang ada oknum yang merusak dakwah, bahkan komunitas yang juga mengaku salafi, namun nyatanya jauh dari amaliyah salaf dalam bermuamalah, mentahdzir, membid’ahkan masalah khilafiyyah, tak mau berucap salam kepada yang berbeda guru dengannya, dan lain sebagainya. Jadi, jangan tertipu dan terprovokasi dengan istilah atau penamaan.

Wallaahu a’lam.

Video lengkapnya, simak disini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *