المَنْظُومَة البَيقُونِيَّة

Karya : Taha bin Muhammad Al-Baiquniy

بِسْمْ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

 

١ – أَبْدَأُ بِالْحَمْدِ مُصَلِّياً عَلَى … مُحَمَّدٍ خَيْرِ نَبِيٍّ أُرْسِلَا

Aku memulai dengan memuji Allâh dan bershalawat kepada Muhammad, Nabi terbaik yang diutus

٢ – وَذِي مِنَ اقْسَامِ الحَدِيثِ عِدَّهْ … وَكُلُّ وَاحِدٍ أَتَى وَحَدَّهْ

Inilah pembagian hadits yang banyak, setiap bagian datang dengan ciri khasnya

٣ – أَوَّلُهَا الصَّحِيحُ وَهْوَ مَا اتَّصَلْ … إسْنَادُهُ وَلَمْ يَشُذَّ أَوْ يُعَلْ

Yang pertama hadits shahih yaitu hadits yang bersambung sanadnya tanpa adanya syadz (menyelisihi hadits shohih) dan ‘illat (cacat)

٤ – يَرْوِيهِ عَدْلٌ ضَابِطٌ عَنْ مِثْلِهِ … مُعْتَمَدٌ فِي ضَبْطِهِ وَنَقْلِهِ

Yang diriwayatkan dari perawi adil dan dhabit (kuat keilmuannya) dari yang semisalnya yang diakui kedhabitan dan penukilannya

٥ – وَالْحَسَنُ الْمَعْرُوفُ طُرْقاً وَغَدَتْ … رِجَالُهُ لاَ كَالصَّحِيحِ اشْتَهَرَتْ

Hadits hasan jalur periwayatannya terkenal tetapi para perawinya tidak seperti hadits shahih

٦ – وَكُلُّ مَا عَنْ رُتْبَةِ الْحُسْنِ قَصُرْ … فَهْوَ الضَّعِيفُ وَهْوَ أَقْسَاماً كَثُرْ

Setiap hadits yang lebih rendah derajatnya dari hadits hasan disebut hadits dha’if dan ia banyak macamnya

٧ – وَمَا أُضِيفَ لِلنَّبِي الْمَرْفُوعُ … وَمَا لِتَابِعٍ هُوَ الْمَقْطُوعُ

Apa yang disandarkan ke Nabi adalah hadits marfu’ dan apa yang disandarkan ke tabi’in adalah hadits maqthu’

٨ – وَالْمُسْنَدُ المُتَّصِلُ الإِسْنَادِ مِنْ … رَاوِيهِ حَتَّى المُصْطَفَى وَلَمْ يَبِنْ

Hadits musnad adalah hadits yang sanadnya bersambung dari para perawi hingga al-Musthafa (Nabi) tanpa terputus

٩ – وَمَا بِسَمْعِ كُلِّ رَاوٍ يَتَّصِلْ … إسْنَادُهُ لِلْمُصْطَفَى فَالْمُتَّصِلْ

Hadits yang didengar semua perawinya bersambung sanadnya hingga al-Musthafa adalah hadits muttashil

١٠ – مُسَلْسَلٌ قُلْ مَا عَلَى وَصْفٍ أَتَى … مِثْلُ أَمَا وَاللهِ أَنْبَانِي الْفَتَى

Katakanlah, hadits musalsal adalah hadits yang mengandung sifat (ciri) tertentu, seperti (ucapan perawi): Demi Allâh seorang pemuda mengabarkan kepadaku

١١ – كَذَاكَ قَدْ حَدَّثَنِيهِ قَائِمَا … أَوْ بَعْدَ أَنْ حَدَّثَنِي تَبَسَّمَا

Begitu pula (ucapan perawi): sungguh dia mengabarkan kepadaku sambil berdiri, atau setelah mengabarkan kepadaku ia tersenyum

١٢ – عَزِيزُ مَرْوِي اثْنَيْنِ أوْ ثَلاَثَهْ … مَشْهُورُ مَرْوِي فَوْقَ مَا ثَلَاثَهْ

Hadits ‘aziz adalah hadits yang perawinya dua atau tiga, hadits masyhur perawinya lebih dari tiga

١٣ – مُعَنْعَنٌ كَعَن سَعِيدٍ عَنْ كَرَمْ … وَمُبْهَمٌ مَا فِيهِ رَاوٍ لَمْ يُسَمْ

Hadits mu’an’an contohnya: dari (عَنْ) Sa’id dari (عَنْ) Karam, dan hadits mubham adalah jika ada perawi yang tidak disebutkan namanya

١٤ – وَكُلُّ مَا قَلَّتْ رِجَالُهُ عَلاَ … وَضِدُّهُ ذَاكَ الَّذِي قَدْ نَزَلاَ

Setiap hadits yang perawinya sedikit disebut hadits ‘ali, dan kebalikannya adalah hadits nazil

١٥ – ومَا أَضَفْتَهُ إِلَى الأَصْحَابِ مِنْ … قَوْلٍ وَفِعْلٍ فَهْوَ مَوْقُوفٌ زُكِنْ

Apa yang disandarkan kepada para shahabat, baik ucapan maupun perbuatan adalah hadits mauquf, pahamilah

١٦ – وَمُرْسَلٌ مِنْهُ الصَّحَابِيُّ سَقَطْ … وَقُلْ غَرِيبٌ مَا رَوَى رَاوٍ فَقَطْ

Hadits mursal adalah bila perawi shahabat terputus (tidak disebutkan), dan katakanlah hadits gharib itu bila perawinya hanya satu (disetiap tingkatan perawi)

١٧ – وَكُلُّ مَا لَمْ يَتَّصِلْ بِحَالِ … إسْنَادُهُ مُنْقَطِعُ الأَوْصَالِ

Setiap hadits yang tidak bersambung keadaan sanadnya disebut hadits munqathi

١٨ – والُمعْضَلُ السَّاقِطُ مِنهُ اثْنَانِ … وَمَا أَتَى مُدَلَّساً نَوعَانِ

Hadits mu’dhal adalah bila perawi yang terputus dua, dan hadits mudallas ada dua macam

١٩ – اَلْأَوَّلُ: الْاَسْقَاطُ لِلشَّيْخِ وَأَنْ … يَنْقُلَ عَمَّنْ فَوْقَهُ بِعَنْ وَأَنْ

Pertama: gurunya terputus dan penukilan di atasnya memakai (عَنْ) dan (أَنْ)

٢٠ – وَالثَّانِ: لاَ يُسْقِطُهُ لَكِنْ يَصِفْ … أَوْصَافَهُ بِمَا بِهِ لاَ يَنْعَرِفْ

Kedua: gurunya tidak terputus tetapi menyifatinya dengan sifat-sifat yang tidak dikenal

٢١ – وَمَا يُخَالِفْ ثِقَةٌ بِهِ الْمَلَا … فَالشَّاذُّ وَالَمقْلُوبُ قِسْمَانِ تَلَا

Hadits yang mana (periwayatan perawi) tsiqah menyelisihi jamaah disebut hadits syadz, dan hadits maqlub ada dua macam, bacalah

٢٢ – إبْدَالُ رَاوٍ مَا بِرَاوٍ قِسْمُ … وَقَلْبُ إسْنَادٍ لِمَتْنٍ قِسْمُ

Pertama: mengganti perawi dengan perawi lain dan kedua: membalik sanad-matan

٢٣ – وَالفَرْدُ مَا قَيَّدْتَهُ بِثِقَةِ … أَوْ جَمْعٍ أوْ قَصْرٍ عَلَى رِوَايَةِ

Hadits fard adalah yang periwayatannya terikat dengan satu perawi tsiqah, atau banyak (jama’ah tertentu), atau terbatas (orang tertentu)

٢٤ – وَمَا بِعِلَّةٍ غُمُوضٍ أَوْ خَفَا … مُعَلَّلٌ عِنْدَهُمُ قَدْ عُرِفَا

Hadits yang cacatnya tersembunyi atau tersamar disebut hadits mu’allal menurut pengertian mereka (ahli hadits)

٢٥ – وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنِ … مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ الْفَنِّ

Hadits yang sanad atau matannya (nampak) berselisih disebut hadits mudhtharib menurut ahli hadits

٢٦ – وَالُمدْرَجَاتُ فِي الْحَدِيثِ مَا أَتَتْ … مِنْ بَعْضِ أَلْفَاظِ الرُّوَاةِ اتَّصَلَتْ

 Mudraj dalam hadits adalah sebagian lafazh yang datang dari para perawi yang tersambung (bukan bagian dari riwayat asal)

٢٧ – وَمَا رَوَى كُلُّ قَرِينٍ عَنْ أَخِهْ … مُدَّبَّجٌ فَاعْرِفْهُ حَقًّا وَانْتَخِهْ

Setiap hadits yang diriwayatkan oleh perawi segenerasi dari saudaranya adalah hadits mudabbaj, maka ketahuilah ini dengan baik

٢٨ – مُتَّفِقٌ لَفْظاً وَخَطّاً مُتَّفِقْ … وَضِدُّهُ فِيمَا ذَكَرْنَا المُفْتَرِقْ

Hadits yang lafazh dan tulisan perawinya sama disebut hadits muttafiq, dan kebalikan apa yang kami sebutkan adalah hadits muftariq

٢٩ – مُؤْتَلِفٌ مُتَّقِقُ الخَطِّ فَقَطْ … وَضِدُّهُ مُخْتَلِفٌ فَاخْشَ الْغَلَطْ

Hadits mu`talif adalah jika hanya tulisan nama perawi yang sama, dan kebalikannya adalah hadits mukhtalif, maka hati-hatilah jangan salah

٣٠ – وَالْمُنْكَرُ الْفَرْدُ بِهِ رَاوٍ غَدَا … تَعْدِيلُهُ لاَ يْحمِلُ التَّفَرُّدَا

Hadits munkar adalah yang perawinya menyendiri dan keadilannya tidak diakui saat menyendiri (dalam periwayatan)

٣١ – مَتْرُوكُهُ مَا وَاحِدٌ بِهِ انْفَرَدْ … وَأَجْمَعُوا لِضَعْفِهِ فَهْوَ كَرَدْ

Hadits matruk adalah hadits yang perawinya satu menyendiri dan mereka sepakat atas kelemahannya, sehingga ia tertolak

٣٢ – وَالكَذِبُ المُخْتَلَقُ المَصْنُوعُ … عَلَى النَّبِي فَذلِكَ المَوْضُوعُ

Kadzib (dusta) yang direka-reka dan dibuat-buat atas nama Nabi itulah hadits maudhu’

٣٣ – وَقَدْ أَتَتْ كَالجَوْهَرِ المَكْنُونِ … سَمَّيْتُهَا مَنْظُومَةَ البَيْقُونِي

Sungguh nazham (bait syair) ini seperti mutiara yang tersimpan dan aku menamainya Manzhumah al-Baiquniyyah

٣٤ – فَوْقَ الثَّلاَثِيْنَ بِأَرْبَعٍ أَتَتْ … أَقْسَامُهَا تَمَّتْ بِخَيْرٍ خُتِمَتْ

Berisi 34 bagian yang telah sempurna dan ditutup dengan kebaikan

 

Diterjemahkan dan disusun oleh : Abu Faiq Faisal Dee S.Si., S.Ag., M.M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *